Profil Desa Glagah
Ketahui informasi secara rinci Desa Glagah mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Glagah, Kecamatan Sapuran, Wonosobo, desa agraris yang produktif dan inovatif. Kenali fondasi ekonomi dari pertanian kopi dan tembakau, serta kreativitas UMKM unggulan dalam produksi Krecek Singkong (opak/slondok) yang renyah.
-
Ekonomi Agraris yang Beragam
Perekonomian desa ditopang oleh fondasi pertanian yang beragam, meliputi komoditas perkebunan seperti kopi dan tembakau, serta investasi kayu Albasia.
-
Pusat UMKM Krecek Singkong
Memiliki identitas unik sebagai salah satu sentra industri rumah tangga Krecek Singkong (dikenal juga sebagai opak atau slondok), yang menjadi sumber pendapatan tambahan penting bagi masyarakat.
-
Komunitas yang Industrious
Masyarakatnya dikenal ulet dan kreatif, mampu menciptakan nilai tambah dari hasil bumi melalui proses pengolahan pangan tradisional yang dikelola secara turun-temurun.
Di tengah lanskap agraris Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo, Desa Glagah hadir sebagai simbol dari komunitas yang ulet dan penuh daya cipta. Meskipun fondasi ekonominya kokoh berpijak pada komoditas pertanian dataran tinggi seperti kopi dan tembakau, desa ini telah berhasil mengukir sebuah identitas khas yang renyah dan gurih. Identitas tersebut ialah industri rumah tangga Krecek Singkong, sebuah bukti nyata bagaimana inovasi dan kerja keras mampu menciptakan nilai tambah dari hasil bumi yang paling sederhana sekalipun.
Geografi dan Wilayah Komunitas Padat
Desa Glagah menempati wilayah yang relatif tidak terlalu luas, sekitar 2,25 kilometer persegi, pada ketinggian rata-rata 850 meter di atas permukaan laut. Lokasi ini memberikannya iklim yang ideal untuk pertanian campuran. Meskipun wilayahnya tidak seluas desa-desa tetangga, Glagah memiliki tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi, sebuah faktor yang mendorong warganya untuk tidak hanya bergantung pada luas lahan, tetapi juga pada kreativitas dalam mengolah hasil.Secara administratif, pemerintahan Desa Glagah, yang per September 2025 ini dipimpin oleh Kepala Desa Rahmat, mengoordinasikan 4 dusun, yang terbagi dalam 4 Rukun Warga (RW) dan 18 Rukun Tetangga (RT). Struktur pemerintahan desa berperan aktif dalam memfasilitasi dan mendorong kegiatan ekonomi warganya, baik di sektor pertanian maupun UMKM.
Demografi dan Karakter Masyarakat
Berdasarkan data kependudukan terakhir pada tahun 2024, Desa Glagah dihuni oleh sekitar 3.500 jiwa. Mayoritas penduduknya merupakan petani, namun banyak di antara mereka, khususnya kaum perempuan, yang juga berperan sebagai pengusaha mikro di rumah masing-masing. Karakter masyarakat Glagah terbentuk dari etos kerja yang tinggi. Mereka adalah komunitas yang terbiasa bekerja keras di ladang, sekaligus tekun dan telaten dalam proses pengolahan pangan yang membutuhkan ketelitian. Semangat gotong royong dan kerja sama menjadi modal sosial yang memperkuat struktur ekonomi desa.
Fondasi Agraris: Kopi, Tembakau dan Albasia
Sebelum inovasi UMKM berkembang, Desa Glagah telah lama hidup dari sektor pertanian. Tiga komoditas utama menjadi fondasi ekonomi agrarisnya. Pertama ialah Kopi, terutama jenis robusta, yang tumbuh subur di ketinggian ini dan menjadi sumber pendapatan rutin bagi banyak keluarga. Kedua, Tembakau, yang ditanam secara musiman dan menjadi andalan untuk mendapatkan keuntungan besar tahunan, sejalan dengan tradisi pertanian di wilayah Sapuran.Ketiga, seperti banyak desa lain di sekitarnya, masyarakat Glagah juga berinvestasi dalam Kayu Albasia (Sengon). Hutan rakyat ini berfungsi sebagai tabungan jangka panjang, memberikan jaring pengaman finansial yang dapat diandalkan untuk kebutuhan masa depan. Ketiga pilar agraris ini memberikan stabilitas ekonomi yang menjadi dasar bagi masyarakat untuk berani berinovasi di sektor lain.
Inovasi Khas Desa: Geliat Industri Krecek Singkong
Keunikan dan daya saing Desa Glagah terletak pada industri rumah tangganya yang sangat berkembang, yaitu produksi Krecek Singkong. Produk ini dikenal juga dengan nama opak singkong atau slondok, sebuah makanan ringan renyah yang terbuat dari ubi kayu. Berbeda dari keripik singkong biasa, proses pembuatan krecek lebih rumit dan membutuhkan keahlian khusus.Prosesnya dimulai dari singkong yang diparut halus, kemudian dicampur dengan bumbu dan dibentuk menjadi adonan. Adonan ini selanjutnya dikukus hingga matang, lalu diiris tipis-tipis dan dijemur di bawah terik matahari hingga benar-benar kering. Krecek mentah inilah yang kemudian dijual atau digoreng sendiri hingga mengembang menjadi kerupuk yang renyah dan gurih.Hampir di setiap sudut desa dapat dijumpai para ibu yang sibuk dengan salah satu tahapan produksi krecek. Industri ini menjadi sumber pendapatan harian atau mingguan yang sangat penting, membantu perputaran ekonomi di tingkat keluarga. Produk Krecek Singkong dari Glagah telah memiliki reputasi baik dan dipasarkan secara luas ke berbagai pasar tradisional dan toko oleh-oleh di seluruh Wonosobo dan sekitarnya.
Pembangunan dan Visi Desa Kreatif
Pemerintah Desa Glagah terus memberikan dukungan bagi model ekonomi warganya. Melalui dana desa, perbaikan infrastruktur jalan tidak hanya bertujuan untuk melancarkan pengangkutan hasil pertanian, tetapi juga untuk mempermudah distribusi produk UMKM. Pembinaan dalam hal pengemasan yang lebih modern dan strategi pemasaran juga menjadi perhatian untuk meningkatkan daya saing produk krecek di pasaran.Menatap masa depan, Desa Glagah memiliki visi untuk memperkuat posisinya sebagai "desa kreatif" di Kecamatan Sapuran. Tantangannya ialah bagaimana melakukan branding produk Krecek Glagah secara lebih profesional dan memperluas jangkauan pemasarannya, mungkin melalui platform digital. Dengan memadukan fondasi agraris yang kuat dan semangat inovasi yang tak pernah padam, Desa Glagah menunjukkan bahwa dari lahan yang terbatas sekalipun, peluang ekonomi yang tak terbatas dapat diciptakan.
